Diskusi Buku: Burung-burung di Bundaran HI – Sindunata
oleh Bernadeta Niken Kartika Dewi
Dihadiri sepuluh orang
anggota Agenda 18, diskusi buku berjalan baik dan aktif. Setiap orang mendapat
kesempatan untuk sharing kesan dan hal-hal yang bisa diambil dari buku kumpulan
feature Sindhunata, Burung-burung
di Bundaran HI.
Tulisan-tulisan
Sindhunata dalam buku yang terbit tahun 2006 itu, masih bisa dinikmati pada
masa sekarang ini karena beberapa hal. Salah satunya adalah tema yang menarik
dan penting yaitu humanisme, hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. Semua sepakat bahwa tulisannya
tetap abadi karena disajikan lewat cerita dan dengan kedalaman. Dari
tulisannya, dapat dilihat kegigihannya mencari data, mewawancari narasumber
sehingga mampu menghasilkan kedalaman reportase. Selain itu, tulisannya juga
relektif, hasil dari perenungannya dan mampu mengajak pembaca merenung atau
berpikir kembali hal-hal yang terjadi yang kadang terlewatkan.
Dalam teknik
menulis yang diperhatikan adalah bahan baku, cara menulis dan arsitektur. Sindhunata
kuat dan istimewa dalam bahan baku melainkan dari sisi cara menulis dan
arsitektur adalah biasa atau tidak istimewa. Bahkan, tulisannya mengingkari
kaidah jurnalistik. Sindhunata memasukkan opini dan nilai dalam tulisannya,
yang dalam kaidah jurnalistik hal tersebut tidak boleh dilakukan. Kemudian
muncul istilah jurnalisme interpretasi. Sebuah reportase jurnalistik yang
ditulis dengan interpretasi penulis. Dengan fakta-fakta yang ada, penulis
memilih angle, memasukkan opini dan nilai ke dalam tulisan. Tulisan
tersebut bukan lagi sebuah jurnalistik murni.
Pada masa
sekarang yang serba cepat, berbagai reportase dituliskan dengan singkat tanpa
kedalaman. Bahkan penulis malas melakukan pencarian data dan wawancara.
Akhirnya reportase singkat tanpa kedalaman menjadi tren masa kini. Yang penting
ada berita. Pembaca pun sebagian besar tidak punya waktu membaca terlalu
panjang dan lama. Dan tulisan semacam tulisan Sindhunata tak punya tempat meski
mungkin beberapa orang mampu menikmatinya. Inilah tantangan penulis jaman
sekarang: menulis dengan kedalaman tanpa bertele-tele.
Dari
tulisan-tulisan Sindhunata yang bisa dipelajari adalah apa pun di sekitar kita
bisa dijadikan bahan baku menulis dan tidak ada alasan lagi mau menulis apa. Narasumber
ada, demikian juga peluang untuk mewawancari. Menulis seperti Sindhunata adalah
hak semua orang. Maka, mari menulis!
0 komentar:
Post a Comment