Menanyakan dan Mengamati Sindhunata
oleh FA Triatmoko HS
Membaca kumpulan feature Sindhunata itu, seperti melihat potret
manusia dalam keseharian yang selalu luput dari pengamatan. Ada hal-hal sepele yang ada di sekitar, namun
tak pernah menjadi pusat perhatian, dan akhirnya lewat begitu saja. Tentang
sekumpulan pedagang rambutan yang semuanya sedang sial, tentang pekerja seks
komersial (PSK) di lokalisasi Kramat Tunggak, atau tentang penumpang mikrolet
di jalanan Jakarta.
Kisah-kisah tersebut tentu hanya bisa didapatkan melalui wawancara dan juga
observasi yang baik terhadap narasumber. Dari buku kumpulan feature Burung-burung
di Bundaran HI, keterlibatan langsung dengan narasumber dan kemampuan membina
hubungan dalam wawancara menjadikan Sindhunata penulis yang khas, meskipun bisa
ditemui ada kekurangan dalam tekniknya menyampaikan hasil amatan.
Keunggulan kedua Sindhunata adalah kemampuannya membina
hubungan dalam wawancara. Wawancara sendiri adalah proses komunikasi
interaksional antara 2 pihak, dimana setidaknya salah satu pihak memiliki
tujuan yang serius, dan melibatkan tanya jawab antar keduanya (Stewart &
Cash, JR, 2006, hal. 4). Salah satu hal penting yang bisa mempengaruhi hasil
wawancara adalah rasa percaya. Narasumber tak akan membuka diri dan menjawab
pertanyaan pada orang yang tidak bisa dipercaya.
Dari buku kumpulan feature bertema Manusia & Keseharian
itu, bisa dilihat bagaimana kemampuan unik Sindhunata dalam membangun hubungan
yang saling percaya dengan narasumber, sehingga bisa mendapatkan informasi yang
mendalam dan tak jarang sensitif. Misalnya, kisah pernikahan dan keluarga Si
Mungil (Sindhunata, 2006, hal. 8), kondisi kamar-kamar tempat PSK bekerja atau
cerita lelaki pemakai jasa PSK Kramat Tunggak (Sindhunata, 2006, hal. 15-18).
Namun, meski unggul dalam keterlibatan dan kemampuan membina
hubungan baik dengan narasumber, tulisan Sindhunata memiliki kekurangan, yaitu
dalam melaporkan hasil pengamatan. Pengamatan atau observasi adalah proses
sistematis melihat dan merekam perilaku orang lain untuk tujuan pengambilan
keputusan (Cartwright & Cartwright, 1984, hal. 25). Hasil pengamatan
kemudian akan disimpulkan menjadi kesimpulan sementara yang bisa saja berubah
seiring bertambahnya data. Pada satu tulisan Sindhunata, bisa ditemukan bahwa
kesimpulan sudah dibuat oleh penulis, bukan dari data yang ada. Misalnya,
“Pelbagai perasaan kami alami saat itu. Perasaan ini seakan membangkitkan
kesadaran bahwa tiba-tiba agama bisa menjadi amat palsu...” (Sindhunata, 2006,
hal. 27). Atau, “Apa artinya agama buat mereka? Kata seorang tukang rokok di
dekat tempat itu. Tentu ucapan tukang rokok sederhana ini tepat” (Sindhunata,
2006, hal. 28). Dari sini bisa dilihat bahwa ada subjektivitas dalam pelaporan
hasil pengamatan. Nilai-nilai dari penulis muncul di dalam tulisan dan seakan
menjadi kesimpulan dari pengamatan. Hal ini adalah sebuah error dalam proses
pengamatan. Meski objektivitas murni tidak mungkin dicapai, penulis perlu
menyadari subjektivitasnya sendiri sehingga tidak justru ‘mencemari’ hasil
observasi yang mestinya apa adanya.
Akhir kata, tulisan-tulisan dalam Burung-burung di Bundaran
HI memang menunjukkan kualitas khas dari Sindhunata, dalam hal mendapatkan
bahan tulisan dan menyajikannya. Keinginannya untuk terjun langsung dengan
narasumber, serta kemampuannya dalam membina hubungan saling percaya dengan
narasumber, menjadikan tulisan Sindhunata menjadi pembuka mata akan adanya
fenomena sepele yang menarik, yang selalu luput dari tangkapan. Namun meski
begitu, perlu disadari bahwa selain menulis feature yang baik, Sindhunata juga
melibatkan subjektivitas yang mengurangi kekuatan tulisannya.
Kepustakaan
Cartwright, C. A., & Cartwright, G. P. (1984). Developing
Observational Skills. New York:
McGraw-Hill.
Sindhunata, G. P. (2006). "Bakminya Belum Habis...." Dalam G.
P. Sindhunata, Burung-burung di Bundaran HI (hal. 15-21). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Sindhunata, G. P. (2006). "Dewi Kwan Im Tidak Marah?" Dalam G.
P. Sindhunata, Burung-burung di Bundaran HI (hal. 22-29). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Sindhunata, G. P. (2006). "Kisah Si Mungil dari Indramayu".
Dalam G. P. Sindhunata, Burung-burung di Bundaran HI (hal. 3-8). Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Sindhunata, G. P. (2006). "Mereka yang Sedang Sial". Dalam G.
P. Sindhunata, Burung-burung di Bundaran HI (hal. 38-42). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Sindhunata, G. P. (2006). "Ya Ampuuun Pelitnya". Dalam G. P.
Sindhunata, Burung-burung di Bundaran HI (hal. 33-37). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Stewart, C. J., & Cash, JR, W. B. (2006). Interviewing
Principles and Practices. New York:
McGraw-Hill.
0 komentar:
Post a Comment