Tuesday, April 8, 2014

Bincang-bincang Pulang Agenda 18

oleh Gloria Fransiska


Judul Buku: Pulang
Penulis : Leila S. Chudori
Tebal : 464 halaman
Cetakan : Pertama, Desember 2012
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 


Acara dimulai dengan mendiskusikan beberapa hal selain masalah penulisan novel Leila S. Chudori, tetapi dengan mendiskusikan beberapa karya lain, serta menyiapkan diskusi berupa snack sebelum akhirnya diskusi benar-benar dimulai.

Novel Leila S. Chudori yang berjudul Pulang berlatar belakang nasib keluarga para tapol G30S. Novel ini mengisahkan tentang Hananto, Dimas, yang terdampar ke Prancis akibat pergolakan politik pada masa itu.

Jenni berpendapat bahwa novel karya Leila ini sangat mempesona dari cara penulisannya yang membuat pembaca dapat melihat sebuah masalah dari berbagai sudut pandang. Hal ini mengingat novel Pulang tidak tersentralisasi pada satu tokoh melainkan pada banyak tokoh. Hal ini masih ditambah dengan kemampuan riset Leila yang sangat bagus dalam menyusun karya berlatar belakang sejarah tersebut.

Senada dengan Jenni, Sari mengungkapkan kekagumannya pada kemampuan Leila yang bisa mengemas beberapa adegan yang sulit diceritakan (porno atau sejenisnya) menjadi lebih manusiawi. Sari juga menyatakan kemampuan Leila dalam menulis banyak latar belakang tidak lantas membuat orang kebingungan tetapi bisa terhanyut dan merasakan posisi tokoh masing-masing.

Tita berpendapat bahwa kekuatan riset yang dimiliki Leila di dalam PULANG menandakan kepiawaiannya dalam menyusun rentang waktu latar belakang kisah. Hal ini dianggap sebagai sebuah keistimewaan gaya Leila mengingat tidak banyak penulis yang mau melakukan riset untuk menjahit latar belakang karyanya agar lebih logis dan ciamik. Banyak kecenderungan yang dilakukan oleh penulis masa kini yang gagal melakukan apa yang dilakukan Leila tersebut akibat terlalu memaksakan diri untuk berusaha "menyambung-nyambungkannya" saja.

Mengenai kemampuan menyambung-nyambungkan kisah, Wiwiek berusaha memulai diskusi dengan mencoba membandingkan karya Leila dengan novel terbaru Ayu Utami berjudul Maya. Dalam kesimpulan Wiwiek, Leila masih memiliki cara yang lebih bagus dalam mengaitkan banyak kisah, sudut pandang, dan waktu, dibandingkan Ayu Utami, meskipun keduanya sama-sama eks-jurnalis. Namun, bisa jadi kemampuan riset yang dimiliki Leila adalah berkat ketekunannya selama menjadi wartawan TEMPO. Wiwiek berpendapat seharusnya karya Leila bisa menjadi acuan dalam menulis novel berlatar sejarah, sebab sejarah bangsa dimulai dari sejarah keluarga. Leila terbilang berhasil dalam menuliskan Pulang. Karya ini menyusul dari karya Leila sebelumnya yakni 9 dari Nadira dan Malam Terakhir.

Meskipun demikian, karya yang dianggap peserta cukup layak disebut maestro ini tak lepas dari kecacatan. Jenni berujar, salah seorang rohaniwan Katolik, Rm. Ismartono, SJ pernah menyatakan ada satu kecacatan yang mungkin tak disadari beberapa pembaca Leila. Dalam karya Pulang, Leila menggambarkan tokoh-tokoh PKI sangat liberal dalam hubungan percintaan. Padahal menurut Romo Is, zaman dahulu, lelaki PKI atau "kiri" tidak se-liberal yang dibingkai oleh Leila. 

Dari berbagai kisah dalam Pulang kami dapat menangkap bahwa selalu ada keharusan dalam meriset, dan peka terhadap sejarah masa lampau mengingat apa yang ada di masa depan di tentukan oleh masa kini, dan masa kini adalah akibat dari masa lampau. Akhirnya, menurut kami, Pulang memang pantas meraih Khatulistiwa Literary Award 2013.

0 komentar:

Copyright © agenda 18 All Right Reserved