Sunday, November 29, 2015

PK Bersama Agenda18

oleh Jenni Anggita


 


12 Juli 2015

Kami kembali lagi berjumpa, setelah bulan lalu saya absen. Agenda 18, komunitas ini selalu menjadi kesayangan saya. Layaknya bensin bagi mobil, bertemu teman-teman, berdiskusi, selalu menjadi motivasi untuk berkarya untuk menulis terus dan diingatkan terus pada cita-cita saya.

 

Di rumah yang menjadi kantor Mas Her, mentor kami itu, kami membahas film India yang fenomenal dan kontroversial. Saya sendiri menonton itu sudah lama sekali. Ketika diskusi semakin kayalah pemahaman saya tentang apa yang ditawarkan film ini.

 
PK dan hubungan vertikal
 

Bayangkan kalau kamu adalah alien dan datang ke bumi lalu tak dapat kembali ke rumahmu karena kalungmu dicuri? Lalu, kamu meminta tolong kepada Tuhan dengan mengikuti sejumlah ritual keagamaan yang ditawarkan agama-agama yang ada di bumi.
 

Melalui sudut pandang seorang alien, film ini menjadikan kita penonton tak dapat mempersalahkan tingkah laku termasuk pikirannya ketika mengevaluasi praktik beragama kita sehari-hari, begitu kira-kira menurut Mas Har. Film ini telah berhasil membolak-balik pikiran kita dalam memandang agama dan Tuhan. Sementara pertanyaan-pertanyaan seputar ketuhanan, seperti siapa itu Tuhan? Apa itu Tuhan? Bagaimana sampai kepada Tuhan? Menurut Mas Her adalah pertanyaan ketika mengambil mata kuliah filsafat atheisme sewaktu kuliah Teologi dulu. Itu bukan pembahasan baru baginya.
 

Saya sendiri ingat dengan kata-kata Marx, "agama adalah candu". Film ini memperlihatkan banyak orang datang berbondong-bondong memenuhi tempat ibadat, mencari pemuka agama, membayar sedekah atau persembahan supaya permohonan mereka terkabul. Percaya dengan ramalan yang asalnya dari manusia kemudian diperdayai.  Keuntungan-keuntungan yang manusia dapatkan dengan memanfaatkan agama pun dapat kita dengar ketika Bang Paulus menceritakan pengalaman pribadinya.
 

Apakah dengan demikian Tuhan bisa disogok? Agama menjadi kedok manusia mencari keuntungan, lari dari ketakutan, sementara pencarian sesungguhnya terhadap Tuhan itu barangkali tak dipikirkan lagi. Dari sisi lain, kita juga dapat menghubungkan film ini dengan kerja media. Sepert Jagu yang berusaha memberikan kepada masyarakat berita dan suguhan yang berdasarkan fakta, bukan dibuat-buat demi menaikan reting saja.
 

Kami juga membahas sejumlah keganjilan dari film ini yang nampak Hollywood sekali. Misalnya saja ketika Jagu berhasil menghubungi Safaras dengan bantuan kedutaan. Semua orang kedutaan bahu-membahu Jagu sehingga akhirnya berhasil menghubungi Safaras. Kami membayangkan jika itu terjadi di Indonesia. O tentu saja tak mungkin dengan sangat baik staf kedutaan mau repot-repot membantu. Kami juga berusaha mencari kemungkinan lain yang dapat ditawarkan ending film ini. Misalnya saja tak perlu happy ending, tapi sad ending. Dengan tak terbukti kata-kata si alien. Hahaha...

 
Relevansi
 
 

Tita berpendapat kalau film India relevan dengan kondisi sosial masyarakat di Indonesia. Ya, karena naskahnya sudah bagus, tak peduli siapa sutradaranya. Kekuatannya ada pada naskahnya, si penulis cerita sangat cerdas, begitu kira-kira kekaguman Mas Agus.
 

Menjadi pertanyaan kemudian, jika dikaitkan dengan Indonesia sekarang, relevankah? Tanya Mas Her. Ya tentu masih sangat relevan, selain agama yang dikomersilkan, Indonesia sekarang ini menghadapi fundamentalisme agama yang mengerikan. Fanatik terhadap agama tertentu bahkan membuat seseorang tak lagi berbelas kasih kepada saudaranya yang beragama lain. Berbeda membawa petaka di negara ini. Contohnya saja, Ahmadiyah, Syiah yang berkali-kali menjadi korban karena dianggap berbeda.
Selain itu kami juga membicarakan hal-hal lain dalam Gereja Katolik yang tak beredar ke publik. Ini terkait dengan skandal para pastor dalam Gereja. Praktik uang, skandal cinta, anak-anak mereka yang besar dan dipelihara. Lalu, apakah hal-hal itu menggoyahkan iman kita?

 

Hening sebentar. Barangkali tak hanya saya, teman-teman pun menjawab dalam hati pertanyaan yang dilontarkan Mas Har.
 

Saya ingat kata Mas Har, dan ini cocok dijadikan penutup. Beriman itu juga harus diikuti dengan bertanggung jawab. Beriman itu juga perlu memasukkan rasio ke dalamnya.

PS:
Mari jumpa lagi bulan depan kawan-kawan.
Terima kasih makan-makan dan bincang-bincangnyaa... Hihi :)



Tulisan ini juga terdapat di http://atasenita.blogspot.co.id/2015/07/pk-bersama-agenda18.html

0 komentar:

Copyright © agenda 18 All Right Reserved