Mencoba Refleksi Dengan Berbasa-Basi
Oleh
Gloria Fransisca Katharina
Info Buku
ISBN : 979-497-321-1
Jenis Cover : Softcover
Jenis Kertas : HVS
Jumlah Halaman : 211 halaman
Tahun Terbit : 1997
Penerbit : Kanisius
Penulis : Anthony De Mello SJ
Buku
ini berjudul One Minute Nonsense (Berbasa-basi Sejenak) jilid II. Buku ini
memiliki pendahulu One Minute Nonsense (Berbasa-basi Sejenak) jilid I. Pada
dasarnya, buku ini bukanlah sebuah buku yang mudah diresensi. Apa alasannya?
Buku
ini menyajikan sebuah refleksi dalam setiap lembarannya. Buku ini meminta
pembaca untuk bisa menafsirkannya. Dengan kata lain, sang penulis ingin mengajak
pembaca masuk dalam sekat-sekat dirinya yang selama ini terabaikan dalam
aktivitas sehari-hari. Sebuah ruang lingkup kehidupan dimana aktivitas di
dalamnya terasa biasa-biasa saja, tanpa dilihat makna terselubung di baliknya.
Tidak
ada tautan kronologis yang tentang tokoh dalam buku ini. Buku ini di setiap
halamannya berisikan cerita perumpamaan yang berbeda untuk pembaca. Setiap
cerita singkat tersebut memberikan sebuah makna yang unik dan berbeda kepada
pembaca. Sebuah makna yang sebelumnya sering terabaikan.
Sang
Guru, adalah tokoh sentral dalam buku ini. Sang Guru ini bukan satu pribadi.
Dia bisa saja seorang guru Hindu, pertapa Zen, guru Tao, rabi Yahudi, atau
bahkan seorang rahib Kristen.
Ajaran
Sang Guru sudah ada sejak abad ke-7 sebelum masehi hingga abad ke-20 masehi.
Kebijaksanaannya berakar pada budaya Barat dan sekaligus budaya Timur. Sesuai
dengan judulnya ‘sejenak’ buku ini mengajak pembaca meluangkan waktu satu-dua
menit untuk membaca setiap cerita, dalam setiap halaman.
Ketika
membaca ada banyak hal yang tentu dirasakan (jika anda sungguh membacanya),
cerita-cerita Sang Guru ada yang menggelitik batin, atau ada juga yang
membingungkan, atau parahnya menjengkelkan dan menyudutkan pembaca. Buku ini
seperti mengajarkan pembaca untuk berkaca dengan kehidupan lewat hal-hal kecil.
Saat
membaca kisah-kisah mini dalam buku ini, anda seolah akan dibawa kepada
keheningan yang selama ini mungkin anda abaikan. Keheningan yang tajam dan tak
pernah disadari sebelumnya.
Buku
ini memang memiliki tujuan mengajarkan sebuah kebijaksaan dalam bertindak.
Dimana kebijaksanaan yang dimaksud adalah ‘diubah tanpa usaha untuk berubah
sedikit pun, dan ditransformasikan – percaya atau tidak – hanya dengan
menyadari kenyataan yang tidak berupa kata-kata saja.
Buku
ini memberikan pesan, anda akan tahu mengapa bahasa yang paling indah adalah
bahasa yang tak terucapkan, mengapa perubahan yang paling baik adalah perubahan
yang tidak disadari.
Berikut
lampiran beberapa cerita yang bagus untuk dibagikan;
Memberi
Perintah
Kata Sang Gubernur,
‘Apakah Guru dapat memberikan nasihat berkaitan dengan tugas saya?”
“Ya. Belajarlah memberi
perintah.”
“Bagaimana?”
“Sedemikian rupa sehingga
orang yang menerima perintah tidak merasa lebih rendah,” kata Sang Guru.
Ke
Mana
Sang Guru ditanyai
pendapatnya mengenai hasil-hasil
teknologi modern. Ia menjawab dengan sebuah cerita.
Seorang professor yang
pikun terlambat memberi kuliah. Ia masuk ke dalam sebuah taksi dan berseru
“Cepat! Ngebut!”
Di tengah-tengah aksi
ngebut itu, sang professor tiba-tiba ingat bahwa ia belum memberi tahu sang
sopir ke mana ia akan pergi. Ia bertanya kepada sopir, “Tahu ke mana tujuan
saya?”
Kemudian dia menambahkan,
“Melihat adalah hal yang paling mudah di dunia ini. Yang perlu kamu lakukan
adalah menguatkan tirai-tirai pemikiran tentang Allah.”
Majalah
Seks
Seseorang menceritakan
kepada Sang Guru mengenai kecenderungan meningkatnya sirkulasi majalah seks.
“Sayang sekali,” komentar.
“Mengenai Seks sebagai. Realitas, boleh dikatakan bahwa semakin banyak kita
membacanya, semakin sedikitlah yang kita ketahui,”
Kemudian dia menambahkan,
“Dan kita semakin kurang menikmatinya.”
Baik
dan Buruk 1
Sang Guru tentu tidak
asing dengan apa yang terjadi di dunia ini.
Suatu ketika ia diminta
untuk menjelaskan salah satu pepatah kesukaannya; “Tidak ada baik atau buruk
melainkan pikiran kitalah yang membuatnya begitu.”
Inilah yang kita katakan;
“Tidakkah kamu lihat bahwa
apa yang dianggap sesak dalam kereta api dianggap meriah dalam diskotik?”
Penderitaan
2
“Benarkah penderitaan itu
melatih seseorang.”
“Masalahnya bukan
penderitaan, melainkan kecenderungan batin seseorang karena penderitaan dapat
mempermanis atau memperpahit, persis seperti api di dalam tungku dapat
menghanguskan lempung atau mengolahnya menjadi tembikar.”
Cara
Pandang
“Sebagaimana engkau
memandang, begitulah juga engkau bertindak. Yang perlu diubah bukan tindakanmu,
melainkan pandanganmu.”
“Apa yang harus saya
lakukan untuk mengubahnya?”
Kebencian
Ketika seseorang
mengemukakan rasa bencinya terhadap para penindas negaranya/ Sang Guru
menjawab, “Jangan pernah izinkan siapa pun menyeret dirimu begitu jauh ke dalam
lembah kesedihan sehingga membuat dirimu membenci mereka.”
Yang
Terbaik dan Terburuk
Seseorang bertanya mengapa
Sang Guru tampaknya begitu hati-hati terhadap agama. Bukankah agama itu hal
terbaik yang dimiliki oleh manusia?
Jawaban Sang Guru sulit
dimengerti; “Yang terbaik dan terburuk, itulah yang kau dapatkan dari agama.”
“Mengapa terburuk?”
“Karena kebanyakkan orang
menganut agama cukup untuk membenci tetapi tidak cukup untuk mencintai.”
Mencintai
Tindakan
Sang Guru ditanya,
“Bagaimana Allah dapat ditemukan dalam tindakan?”
Ia menjawab, “Dengan
mencintai tindakan sepenuh hati, tanpa mempedulikan buah yang dihasilkannya.”
Pernyataan itu ternyata
sulit dicerna para murid. Lalu Sang Guru bercerita tentang seseorang yang
membeli lukisan senilai satu juta dolar dan kemudian memigurai cek rusak yang
semula hendak dipakai untuk membayarnya.
“Yang sesungguhnya dia
cintai bukan Seni, melainkan Status,” kata Sang Guru.
Melaksanakan
Tugas
Sang Guru mengirim protes
keras kepala Gubernur sehubungan dengan penanganan brutal terhadap demonstrasi
antirasial.
Gubernur membalas surat
itu dengan mengatakan bahwa dirinya hanya melaksanakan tugas.
Kata Sang Guru, “Setiap
kali orang bodoh melakukan sesuatu yang memalukan. Ia menyatakan bahwa itu
adalah tugasnya.”
Mengajar
Kebahagiaan
“Kebahagiaan adalah seekor
kupu-kupu,” kata Sang Guru.
“Kejarlah maka akan lari
darimu. Duduklah dengan tenang maka dia akan hingga di pundakmu.”
“Jadi, apa yang perlu saya
lakukan untuk mendapatkan kebahagiaan?’
“Berhenti mengejarnya.”
“Tetapi tidak adakah
sesuatu yang dapat saya lakukan?”
“Kamu boleh mencoba untuk
duduk dengan tenang… Jika berani!”
Tanggapan
Tulisan
Anthony De Mello SJ memang bukanlah sebuah kisah layaknya buku pada umumnya. Tulisan
Anthony ini seringkali membuat pembaca akan merasa bahagia, lega, tetapi di
sisi lain semakin tersudutkan dengan beberapa sindiran manis yang
dituliskannya.
Buku
ini sesungguhnya buku yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk direnungkan
ketimbang dikritisi dan ditanggapi. Buku ini menyajikan sebuah solusi sekaligus
perkara yang belum terselesaikan.
Dalam
karya yang dimaksudkan untuk ‘berbasa-basi’ Anthony De Mello hendak mengajak
pembaca dari berbagai latar belakang untuk mau melihat realitas dalam dirinya
dari kacamata yang berbeda.
Akhir
kata, tulisan ini tidak membutuhkan banyak penjelasan. Bagi pembaca, buku ini
memberikan banyak renungan yang meminta evaluasi dalam berkehidupan. Tujuannya bukan
kepada penafsiran semata tetapi perubahan dalam diri individu untuk merespon
realitas.
0 komentar:
Post a Comment